SAPRAHAN
A.
TRADISI BUDAYA MAKAN SAPRAHAN
Saprahan merupakan tradisi adat Melayu. Cara
makan, menghidang, dan menu ada aturannya. Tidak tertulis, tetapi sudah
membudaya. Di Kalimantan Barat, tradisi budaya ini sudah tidak asing terdengar
di telinga masyarakat yang berbudaya Melayu, khususnya masyarakat Sambas,
Mempawah dan Pontianak.Sarahan merupakan budaya makan harus bersama sama,
serentak mulai menyusun acara dari atas hingga kebawah, diikuti dari yang tua
hingga yang muda.
B.
BENTUK
SAPRAHAN
Antara
rakyat biasa, pimpinan, dan pemuka-pemuka masyarakat duduk menghadap sajian
saprahan, makan dengan teratur, sopan, dan beradat.
Saprahan
Pendek :Yaitu membentangkan kain saprahan ( alas ) ukuran pendek 1 x 1
meter saja dan di atasnya hamparan tersebut diletakkan sajian makanan yang akan
disantap oleh para tamu undangan. Tiap saprahan pendek ini dihadapi oleh 6
orang setiap saprahan dengan cara duduk melingkari saprahan. Saprahan bentuk
pendek inilah yang masih dilaksanakan oleh masyarakat di Kabupaten Sambas hingga
sekarang ini.
C. JENIS SAPRAHAN
1. Saprahan Bulat : Saprahan diatas hamparan
kain saprah 1 x 1 meter. Ditengah kain saprahan itu diletakkan pinggan saprah
tempat nasi dan dikelilingi oleh lauk pauk dan diteruskan dengan pinggan nasi.
Di ujung sebelah depan diletakkan batil dan gelas tempat mencuci tangan sebelum
makan. Dan disebelah belakang diletakkan air minum.
2. Saprahan Membujur dengan alas saprah : Saprahan
beralaskan kain saprah 1 x 1 meter. Ditengah alas kainini diletakkan lauk pauk
dalam piring lauk. Di ujung saprahan atau pada ujung saprahan diletakkan
pinggan saprah dan bergandengan dengan air cuci tangan didalam batel atau
tempat air. Disamping piring lauk diletakkan pinggan-pinggan tempat nasi yang
akan diisi nasi dan lauk-lauk sesuai dengan selera dan keinginan dari para tamu
yang sedang menyantap masakan yang disajikan dihadapannya. Pada ujung sekali
diletakkan dan disusun cawan atau gelas air minum sebanyak 6 buah.
3. Saprahan
membujur dengan alas baki : Pinggan saprah tempat nasi diletakkan di atas
sekali bergandengan dengan batel air cuci tangan diikuti dengan baki besar yang
berisi lauk pauk sajian yang diletakkan pinggan tempat mengambil nasi dan
lauk-pauk di tengah-tengah. Dikiri kanan baki lauk diletakkan,lauk pauk
sebanyak 6 macam, dan diujung diletakkan baki cawan atau gelas air minum.
D.
MENU
SAPRAHAN
Kesederhanaan melalui makan besaprah ini terlihat sebuah
kesederhaan yang tercipta, yaitu dengan duduk secara bersama-sama dilantai
dengan lauk dan sayur yang apa adanya. Setiap orang dengan berbagai latar
belakang, kaya atau miskin, muda atau tua, mempunyai jabatan atau tidak, makan
makanan yang sama,tidak ada yang diistimewakan.Tidak
ada perbedaan menu masakan untuk sajian saprahan antara rakyat biasa, pimpinan,
dan pemuka-pemuka masyarakat.
1. Jenis hidangan saprahan sehari-hari : Hal
ini dilaksanakan didalam kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga pada waktu
makan bersama sekeluarga. Jumlah peserta yang ikut menyantap hidangan tidak
semestinya 6 orang tergantung jumlah penghuni didalam rumah. Ataupun pada waktu
menerima tamu yang datang, biasanya keluarga jauh yang datang bermalam dan
sajian yang disantap adalah masakan biasa-biasa saja yang ada sehari-hari.
Keluarga dan tamu menyantap bersama duduk bersila ditikar atau hamparan tikar.
2. Hidangan saprahan hari kaccik : Adalah
hidangan saprahan pada waktu menyambut atau sebelum atau sesudah hari pesta
yang akan diadakan acara menyiapkan segala sesuatu keperluan dan perlengkapan
pesta atau perayaan-perayaan, disiapkan masakan dengan menu masakan yang
biasa-biasa saja yang selalu disajikan dalam masyarakat desa
3. Sajian hidangan hari besar : Hidangan khusus
hari besar pesta memang sudah disiapkan khusus jauh sebelumnya terutama
dikerjakan pada hari sehari sebelum pesta. Sehari sebelumnya sejak pagi sudah
dikerjakan pemotongn hewan-hewan seperti sapi, kambing,, ayam yang akan
disajikan besok pada hari besar pesta. Rempah-rempah sudah disiapkan dikerjakan
oleh para ibu-ibu yang ditugaskan sebagai tukang masak atau juru masak.
E.
TEMPAT DAN
PERLENGKAPAN SAPRAHAN
1.
Tarup yaitu tempat menampung tamu
yang datang diundang.
2.
Emper-emper yaitu tempat menyusun
piring lauk yang telah diisi masakan dan pinggan saprah yang diisi dengan nasi.
3.
Pitadang yaitu tempat berkumpulnya
ibu-ibu dalam membantu menggiling rempah atau membuat bumbu masakan untuk acara
pesta.
4.
Baki yaitu baki besar untuk membawa
piring lauk, dan baki kecil untuk membawa cawan atau gelas air minum.
5.
Kain saprah berukuran 1 x 1 meter
6.
Batil (tempat air cuci tangan)
7.
Cawan (gelas air minum)
8.
Pinggan saprah
9.
Piring tempat lauk
10.
Sendok nasi,
11.
Sendok lauk (Sendok Sadur) 2 Buah
untuk mengambil kuah dan lauk serta sayur.
12.
Sarbet 1 buah untuk lap tangan
ketika selesai menyantap sajian
F. BESURRUNG(MENYAJIKAN SAPRAHAN)
Penyajian makanan dengan cara saprahan juga sebagai salah
satu pendidikan etika. Tata cara menyajikan saprahan
mempunyai aturan yang tertentu. Hidangan yang akan disajikan di angkat dan di
bawa oleh lima atau 6 orang tukang angkat sajian atau pramusaji atau tukang
surung dan kegiatan ini biasa dinamakan besurrung. Besurrung adalah mengangkat
sajian ke hadapan tamu undangan yang sedang duduk bersila dihamparan tikar
permadani yang khusus.para undangan duduk berhadapan kiri dan kanan bersapyang
tempat duduknya telah diatur oleh seksi pengatur tamu yang telah ditugaskan. Penyurrung
(tukang pembawa sajian ) adalah orang yang terpilih baik dalam penampilan,
dengan memakai pakaian melayu yang sangat bersih dan rapi ( berbusana seragam
).
Penyurrung 1:Barisan
terdepan bertugas mengatur meletakan sajian diatas hamparan tikar. Penyurrung 1
ini juga membawa alas saprah dan tempat air cuci tangan(Batel).
Penyurrung 2 : Membawa pinggan
saprah yang berisi nasi.
Penyurrung 3 : Membawa baki
lauk-pauk.
Penyurrung 4 :Membawa
pinggan/piring nasi.
Penyurrung 5 : Pembawa baki
becil yang berisi cawan air minum.
Kelima orang
tersebut mengambil bawaan masing-masing dan menyusun menurut tugasnya. Mereka
mengambil posisi secara berurutan, mulai dari memasuki ruangan, berjalan, duduk
dan lain-lain. Sajian saprahan disampaikan secara sambung menyambung.
G. MAKNA ISLAMI TRADISI SAPRAHAN
Saprahan
merupakan salah satu adat budaya Melayu di Kabupaten Sambas yang
masih berkembang dan dilestarikan sejak zaman dahulu hingga sampai saat ini.
Adat tradisi dalam kegiatan makan bersama-sama berkelompok baik di dalam rumah
sehari-hari maupun dalam acara undangan tamu. Hidangan lauk pauk disajikan pada
tempat dinamakan baki ataupun hamparan yang dialaskan kain yang digunakan untuk
menempatkan lauk pauk yang akan disantap bersama-sama kelompok yang terdiri
dari 6 (enam) orang. Setiap orang bersaprah dengan duduk bersila diatas
hamparan tikar maupun permadani untuk undangan laki-laki, dan untuk undangan
perempuan duduknya pipih.
Makna
dari Saprahan makna Saprahan adalah sopan santun dalam beradab melambangkan
rasa kebersamaan dan rasa kegotong-royongan dengan falsafat” Berat Sama
Dipikul, Ringan Sama Dijinjing, Berdiri Sama Tinggi Duduk Sama Rendah”. Itulah
makna dari sebuah tradisi yang sehari-hari kita jumpai dimasyarakat, baik
dikampung-kampung, desa maupun kota. Hidangan sajian yang sudah
terhidang akan disantap bersama-sama kelompok, membentuk seperti lingkaran
bola. Sajian yang disantap tidak menggunakan sendok maupun lainnya, tetapi
menggunakan tangan ( disuap), sedangkan untuk mengambil lauk pauk digunakan
sendok.
1.
Kesederhanaan melalui makan besaprah
ini terlihat sebuah kesederhaan yang tercipta, yaitu dengan duduk secara
bersama-sama dilantai dengan lauk dan sayur yang apa adanya. Setiap orang
dengan berbagai latar belakang, kaya atau miskin, muda atau tua, mempunyai
jabatan atau tidak, makan makanan yang sama,tidak ada yang diistimewakan.
2.
Kebersamaan dan kekeluargaan, makan
besaprah menjalin kebersamaan dan kekeluargaan yang merupakan modal penting
untuk menjaga kita tetap saling mengenal.
3.
Persatuan, Semakin baik kita
mengenal sesorang lain maka hubungan emosional kita dengan orang tersebut akan
baik dan akan berpengaruh pula kepada rasa persatuan dan kesatuan kita.
4.
Solidaritas, dengan terjalinnya dan
kesatuan dan persatuan rasa solidaritas akan timbul dengan sendirinya.
Makna
dan pengertian Saprahan dalam masyarakat Melayu Sambas yang sangat identik
dengan agama Islam sejak zaman dahulu sampai saat ini tetap dilestarikan,
terpelihara.
1.
Makna bersaprah yang disantap oleh 6
(enam) orang setiap saprahannya diartikan dengan rukun Iman, Pinggan
untuk enam orang : maknanya rukun Iman( Iman pada Allah, malaikat, kitab,
rasul, hari kiamat dan qadho dan qadarnya)
2.
Lauk-pauknya yang dihidangkan
biasanya 5 (lima) piring diartikan rukun Islam. Sebenarnya tidak ada perbedaan
menu masakan untuk sajian saprahan antara rakyat biasa dengan pemimpin, semuanya
sama saja.Lauk pauk lima macam (5
piring) : maknanya rukun Islam ( syahadat, shalat, puasa zakat, haji).
3.
Sendok lauk 2 buah: maknanya dua kalimah syahadat.( Apabila mau
makan perlu sendok maksudnya apabila untuk menjadi orang ber iman/islam dan
Ihsan perlu bersyahadat)
4.
Nasi satu baskom :
maknanya rukun Ihsan (Engkau menyembah Allah se akan-akan melihatnya , kalau
tidak dapat melihatnya Allah pasti melihat engkau).
5.
Air basuk (air cuci
tangan pertama dan yang sudah selesai) : maknanya bertaubat. (Sebelum makan
biasanya cuci tangan maksudnya sebelum melakukan sesuatu yaitu yang ada dalam
rukun islam
6.
Lap tangan
(setelah cuci tangan, tangan di lap): Maksudnya setelah membersihkan
segala kesalahan/ dosa hendaklan membersihkan diri dengan memperbaiki nya
dengan perbuatan-perbuatan baik/ibadah.
7.
Minum dan
makan Kue/buah-buahan untuk cuci mulut Maka di situlah akan terasa nikmat
yang datangnya dari Allah, terasa semakin bertambah sehingga menjadikan
diri rasa nyaman dan nikmat dalam mengarungi hidup ini.
8.
Makan dengan
melingkar membentuk angka nol dalam bahasa Arab Shofrun. Maknanya persatuan dan
perdamaian maksudnya apabila sudah satu keyakinan/i’tiqad hendaklah bersatu
jangan ada perselisihan antara satu dengan yang lain, walaupun berbeda posisi (jabatan/pemahaman)
tetaplah bersatu seperti angka nol, yang saling menutupi antara satu dengan
yang lainnya makan tidak berebutan maksudnya jangan bersaing dengan cara yang
tidak sehat, mendahulukan orang yang terhormat/tua maksudnya saling hormat/
memuliakan antara satu dengan lainnya, terutama kepada orang yang lebih tua.
9.
Membagikan nasi memutar
kekanan maksudnya hendaklah memulai sesuatu yang baik, di mulai dengan tangan
kanan/ dengan cara yang baik pula.
H. MANFAAT SAPRAHAN
1.
Mempererat silaturahmi keluarga
ataupun anggota mastarakat dengan masyarakat lainnya.
2.
Sebagai wahana interaksi dalam
menyampaikan informasi.
3.
Sebagai sarana dakwah dalam kegiatan
keagamaan.
4.
Rasa kebersamaan, saling mengenal
antara sesame undangan atau tamu yang menghadiri pesta yang diadakan.
5. Melestarikan BUDAYA pusaka nenek moyang.
Comments
Post a Comment